Selamat datang, terima kasih atas kunjungannya. Salam perdamaian

Biografi Abdul Muis

Nama: Abdul Muis
Gelar: Pahlawan Pergerakan Nasional
Dasar Hukum: Kepres No.218 Tahun 1959, tanggal 30 Agustus 1959
Lahir: Kampung Sungai Puar, dekat Bukittinggi, 3 Juli 1883
Wafat: Bandung, 17 Juni 1959
Makam: Bandung


Abdul Muis lahir di Sungai Puar, dekat Bukittinggi, pada tanggal 3 Juli 1883. Ia pernah belajar di STOVIA (Sekolah Dokter), tetapi tidak tamat. Beberapa lamanya ia bekerja sebagai pegawai negeri, kemudian menerjunkan diri di bidang kewartawanan. Karangannya banyak dimuat dalam harian De Express, berisi kecaman terhadap karangan orang-orang Belanda yang sangat menghina bangsa Indonesia. Karena karangan-karangan itu nama Muis mulai dikenal oleh masyarakat. Kegiatan berpolitik dimulai Muis dalam Sarekat Islam. Ia diangkat sebagai anggota Pengurus Besar.

Pada tahun 1913 Pemerintah Belanda bermaksud mengadakan perayaan untuk memperingati seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis. Beberapa orang tokoh pergerakan nasional mendirikan Komite Bumiputera yang berusaha menentang rencana tersebut. Abdul Muis ikut di dalamnya. Karena itu, ia ditangkap oleh Pemerintah Belanda.

Dalam Kongres Sarekat Islam (SI) tahun 1916 Muis menganjurkan agar SI bersiap-siap menempuh cara keras apabila cara lunak dalam menghadapi pemerintah jajahan tidak berhasil. Setahun kemudian, ia diutus ke Negeri Belanda sebagai anggota Komite Indie Weerbaar untuk membicarakan masalah pertahanan bagi Indonesia sehubungan dengan terjadinya Perang Dunia I. Selain itu, ia mempengaruhi tokoh-tokoh Belanda agar di Indonesia didirikan sekolah teknik. Beberapa tahun kemudian di Bandung berdiri Technische Hooge School (sekarang Institut Teknologi Bandung atau ITB).

Dalam SI ia berjuang agar diadakan disiplin partai untuk mengeluarkan anggota-anggota yang sudah dipengaruhi oleh paham komunis. Ia sering berkunjung ke daerah-daerah untuk membela kepentingan rakyat kecil sambil membangkitkan semangat para pemuda agar giat berjuang untuk kemerdekaan bangsa dan tanah air. Pada tahun 1922 Abdul Muis memimpin pemogokan kaum buruh di daerah Yogyakarta. Karena kegiatan-kegiatan tersebut, Pemerintah Belanda menangkap dan mengasingkannya di Garut, Jawa Barat. Sesudah Indonesia merdeka ia tetap berada di Jawa Barat. Untuk membantu perjuangan mempertahankan kemerdekaan, didirikannya Persatuan Perjuangan Priangan.

Abdul Muis terkenal pula sebagai sastrawan. Sebuah hasil karyanya yang terkenal ialah Salah Asuhan. Ia meninggal dunia di Bandung pada tanggal 17 Juni 1959 dan dimakamkan di sana.

0 komentar:

Posting Komentar